Gantikan Horner, Bisakah Mekies Selamatkan Red Bull dari Kehancuran?

Laurent Mekies & Christian Horner

Laurent Mekies & Christian Horner

Red Bull menghadapi tantangan besar setelah pemecatan Christian Horner sebagai prinsipal tim setelah 20 tahun memimpin. Laurent Mekies, yang kini mengambil alih sebagai CEO dan prinsipal tim, dihadapkan pada tugas berat untuk mengembalikan kejayaan tim di tengah performa menurun dan gejolak internal. Analisis mendalam menunjukkan bahwa Mekies perlu fokus pada beberapa aspek kunci untuk menstabilkan tim di Grand Prix Hungaria dan seterusnya.

Pemecatan Horner pada 9 Juli 2025, setelah serangkaian kontroversi dan penurunan performa tim, menandai akhir era dominasi Red Bull. Dengan hanya dua kemenangan musim ini dari Max Verstappen, tim kini terpuruk di posisi keempat klasemen konstruktor, tertinggal 288 poin dari McLaren.


Tantangan Besar di Depan Mata

Mekies, yang sebelumnya memimpin Racing Bulls, menghadapi situasi rumit. Red Bull kehilangan tokoh kunci seperti desainer Adrian Newey (ke Aston Martin), direktur olahraga Jonathan Wheatley (ke Sauber), dan kepala strategi Will Courtenay (akan ke McLaren). Selain itu, performa mobil RB21 yang sulit dikendarai, terutama bagi Yuki Tsunoda, memperparah situasi. Tsunoda bahkan menyebut perbandingan dengan Verstappen “tidak adil” karena mobilnya tidak memiliki spesifikasi terbaru, seperti sayap depan.


“Saya ingin memahami keajaiban di balik tim ini,” ujar Mekies, menekankan pendekatan awalnya untuk mendengarkan tim dan memaksimalkan potensi talenta yang ada. Namun, kepala insinyur Red Bull, Paul Monaghan, menyebut situasi yang dihadapi Mekies sebagai “sulit” karena dinamika politik internal dan tekanan dari tim rival.


Strategi Mekies untuk Bangkit

Pertama, Mekies harus memastikan stabilitas tim dengan mencegah kepergian talenta lebih lanjut. Kehilangan figur seperti Newey telah melemahkan departemen teknis, dan Mekies perlu mempertahankan insinyur seperti Pierre Wache untuk menjaga daya saing. Kedua, ia harus menangani ketidakpastian masa depan Verstappen, yang memiliki klausul keluar kontrak jika performa tim tidak membaik. Verstappen sendiri menegaskan bahwa mobil kompetitif adalah kunci untuk mempertahankannya, bukan perubahan kepemimpinan.


Ketiga, Mekies perlu memperbaiki komunikasi dan strategi balapan, seperti yang terlihat pada kesalahan pit stop Tsunoda di Belgia. Latar belakang teknik Mekies, yang dimulai sebagai insinyur di Arrows dan Toro Rosso, diharapkan membantu membangun hubungan yang lebih baik dengan pembalap, khususnya Tsunoda, yang pernah bekerja dengannya di Racing Bulls.


Grand Prix Hungaria menjadi ujian awal bagi Mekies untuk menunjukkan kemampuannya. Dengan sirkuit yang menuntut presisi teknis, Red Bull harus mengoptimalkan RB21 untuk mendukung Verstappen dan Tsunoda. “Kami tahu ada kemajuan, tapi kami butuh mobil yang setara,” kata Tsunoda, menyoroti pentingnya pemerataan spesifikasi mobil. Sementara itu, Verstappen tetap menjadi harapan utama tim untuk menantang McLaren, yang kini mendominasi dengan Lando Norris dan Oscar Piastri.


Mekies, yang dikenal sebagai sosok ramah dan berpengalaman, memiliki peluang untuk membawa angin segar. “Dia sangat memahami pembalap,” ujar Carlos Sainz, menunjukkan kepercayaan terhadap kemampuan Mekies. Dengan pendekatan yang lebih kolaboratif dibandingkan Horner, Mekies dapat membangun kembali kepercayaan tim.


Mekies menghadapi tantangan besar dengan perubahan regulasi 2026 dan proyek mesin internal Red Bull bersama Ford. Keberhasilannya di Hungaroring dan balapan berikutnya akan menentukan apakah ia mampu mengembalikan Red Bull ke puncak. Untuk saat ini, fokusnya adalah menyatukan tim dan memastikan Verstappen tetap bertahan, sembari membantu Tsunoda mencapai potensi maksimal.

Klasemen Pembalap F1

PosisiPembalapTimPoin
1 Oscar Piastri McLaren 284
2 Lando Norris McLaren 275
3 Max Verstappen Red Bull Racing Honda RBPT 187
4 George Russell Mercedes-Benz 172
5 Charles Leclerc Ferrari 151

Komentar

Komentar Terbaru

Belum ada komentar.