Pedro Acosta, bintang muda KTM, mengungkapkan kekecewaannya yang mendalam setelah apa yang ia sebut sebagai "balapan terbaik" dalam karier MotoGP-nya di Silverstone. Meski menunjukkan kecepatan dan determinasi luar biasa, hasil akhir membuatnya frustrasi, menyoroti masalah mendasar pada motor RC16 KTM. Apa yang salah dengan proyek KTM, dan akankah Acosta tetap bertahan dengan tim Austria ini?
Di Grand Prix Inggris, Acosta menjalani akhir pekan yang menjanjikan. Memulai balapan dari posisi ke-14, ia berhasil merangsek ke posisi keenam, menunjukkan bakat dan insting balap yang membuatnya dijuluki "El Tiburon de Mazarron". Namun, seperti yang ia ungkapkan dalam wawancara pasca-balapan, hasil ini jauh dari harapan.
"Silverstone adalah balapan terbaik yang pernah saya lakukan di MotoGP, tapi hanya untuk finis keenam. Itu yang paling menyakitkan," ujar Acosta, mengungkapkan kekecewaannya kepada media di Aragon.
Kecepatan Acosta di lintasan tidak diragukan, tetapi motor KTM-nya gagal memberikan daya saing untuk bersaing di barisan depan. Meski ini adalah hasil terbaik keduanya musim ini setelah finis keempat di Grand Prix Prancis, Acosta merasa usahanya tidak sebanding dengan hasil. "Saya tidak ingin hanya membakar bahan dalam balapan," tambahnya, menegaskan ambisinya untuk bersaing, bukan sekadar menyelesaikan lap.
KTM menghadapi tantangan teknis yang signifikan di musim 2025. Acosta mengeluhkan getaran brutal pada roda belakang RC16, yang membuatnya sulit untuk mempertahankan kecepatan kompetitif sepanjang balapan. "Level getaran di bagian belakang sangat parah, kamu tidak bisa mengendarai seperti itu," katanya dalam wawancara dengan Motorsport.com edisi Italia. Masalah ini bukanlah hal baru; Acosta telah menyuarakan kekhawatiran serupa sejak awal musim, termasuk di Grand Prix Amerika di COTA, di mana ia juga menyebutkan inkonsistensi motor dari sesi ke sesi autonome.
Ketidakmampuan KTM untuk mengatasi masalah ini telah membuat Acosta dan rekan setimnya, seperti Brad Binder, Maverick Vinales, dan Enea Bastianini, kesulitan bersaing dengan tim seperti Ducati dan Aprilia. Di Silverstone, tidak ada pembalap KTM yang lolos ke Q2, sebuah indikasi jelas dari kurangnya performa motor.
Kekecewaan Acosta di Musim ini telah menjadi mimpi buruk bagi KTM. Tidak ada pembalap KTM yang finis di sepuluh besar di Thailand, dan Acosta sendiri jatuh di awal balapan pembuka di Buriram. Sementara itu, Ducati mendominasi, dengan Aprilia dan Honda menunjukkan peningkatan yang signifikan.
Posisi Acosta di peringkat kesembilan klasemen pemb personally dengan hanya 16 poin setelah tiga putaran menunjukkan betapa sulitnya musim ini baginya, dibandingkan dengan 54 poin dan dua podium pada tahap yang sama di musim rookie 2024-nya. Dengan 15 balapan tersisa, Acosta berharat KTM dapat memanfaatkan tes Jerez untuk memperbaiki performa motor. Namun, tanpa kemajuan signifikan, spekulasi tentang masa depannya terus mengemuka, terutama dengan kontraknya yang berakhir pada 2026.
Isu kontrak Acosta menjadi sorotan utama. Meskipun ia menegaskan komitmennya untuk menjalani kontrak hingga 2026, ketidakpuasan terhadap performa KTM memicu rumor tentang kemungkinan kepindahan. Manajernya, Albert Valera, telah mengisyaratkan bahwa Acosta akan mencari alternatif jika KTM tidak dapat menyediakan motor yang kompetitif.
Pilihan seperti Honda, yang menunjukkan kemajuan di bawah direktur teknis baru Romano Albesiano, atau bahkan VR46 Ducati, telah disebut-sebut sebagai tujuan potensial untuk 2027, terutama dengan perubahan regulasi teknis yang akan datang. Namun, Acosta menepis spekulasi ini di Aragon, menegaskan fokusnya pada proyek KTM. "Saya datang ke KTM dengan mimpi yang jelas, dan mimpi itu masih ada," ujarnya.
Klasemen MotoGP
Posisi | Pembalap | Tim | Poin |
---|---|---|---|
Marc Marquez | Ducati Lenovo Team | 196 | |
Alex Marquez | BK8 Gresini Racing MotoGP | 172 | |
Francesco Bagnaia | Ducati Lenovo Team | 124 | |
Franco Morbidelli | Pertamina Enduro VR46 Racing Team | 98 | |
Johann Zarco | CASTROL Honda LCR | 97 |