Liam Lawson Fokus pada Performa, Bukan Kembali ke Red Bull

Liam Lawson © STMimages

Liam Lawson © STMimages

Liam Lawson menunjukkan peningkatan performa bersama Racing Bulls menjelang jeda musim panas Formula 1 2025. Setelah demosi dari Red Bull Racing hanya setelah dua balapan, pembalap Selandia Baru ini mencetak poin dalam tiga dari empat balapan terakhir, termasuk finis terbaiknya di P6 pada Grand Prix Austria. Artikel ini mengulas fokus Lawson pada konsistensi performa dan pandangannya tentang peluang kembali ke tim utama Red Bull pada 2026. Bagikan pendapat Anda di kolom komentar!


Lawson memulai musim 2025 sebagai rekan Max Verstappen di Red Bull, tetapi hasil buruk di Australia (P18 di kualifikasi, DNF) dan Tiongkok (P20 di kualifikasi, P12) membuatnya diturunkan kembali ke Racing Bulls setelah hanya dua balapan. Yuki Tsunoda menggantikannya, namun juga kesulitan, hanya mencetak tujuh poin dalam tujuh balapan.


Kembali ke Racing Bulls, Lawson awalnya tertinggal dari rekan setim rookie Isack Hadjar. Namun, ia mulai menunjukkan performa yang mengesankan, mencetak 14 poin sejak kembali, termasuk P8 di Monaco, P6 di Austria, dan poin di Silverstone. Kini, ia hanya terpaut dua poin dari Hadjar, yang tidak finis di 10 besar sejak Barcelona.


Dengan kontrak Tsunoda, Lawson, dan Hadjar berakhir pada 2025, spekulasi tentang susunan pembalap Red Bull untuk 2026 mulai muncul. Peraturan baru F1 pada 2026, termasuk perubahan mesin dan sasis, membuat Racing Bulls membutuhkan pembalap berpengalaman seperti Lawson. Laporan dari New Zealand Herald menyebutkan bahwa Lawson kemungkinan besar dipertahankan di Racing Bulls untuk 2026, mungkin bersama Arvid Lindblad.


Namun, Lawson menegaskan bahwa fokusnya bukan pada kembali ke Red Bull. “Saya tidak terlalu memikirkan masa depan,” katanya kepada media, termasuk RacingNews365. “Saya fokus untuk menjalani balapan yang bagus.” Ia menyadari bahwa tiga hasil bagus dari 12 balapan tidak cukup. “Kami perlu lebih konsisten, lalu kita lihat apa yang terjadi,” tambahnya.


Lawson menghadapi tekanan untuk mengungguli Hadjar, yang tampil impresif dengan 16 poin di triple-header terbaru. Gaya balap agresif Lawson, seperti saat berselisih dengan Fernando Alonso di sprint Amerika Serikat 2024, menuai pujian sekaligus kritik karena insiden seperti penalti di Bahrain dan Arab Saudi.


Prinsipal tim Racing Bulls, Laurent Mekies, memuji kerja keras Lawson di belakang layar, terutama dalam strategi tim seperti di Monaco, di mana ia dijuluki “Liam The Shield” karena menahan pembalap lain untuk memaksimalkan poin Hadjar. Dengan 10 balapan tersisa, Lawson berpeluang membuktikan nilai dirinya di lintasan seperti Zandvoort.


Red Bull menghadapi ketidakpastian dengan kepergian Christian Horner dan potensi hengkangnya Verstappen ke Mercedes pada 2026. Jika Tsunoda pergi karena ikatan dengan Honda yang beralih ke Aston Martin, Lawson bisa menjadi kandidat kuat untuk kembali ke Red Bull, terutama jika ia terus tampil konsisten. Apa pendapat Anda tentang peluang Lawson di F1? Tulis di kolom komentar.

Klasemen Pembalap F1

PosisiPembalapTimPoin
1 Oscar Piastri McLaren 284
2 Lando Norris McLaren 275
3 Max Verstappen Red Bull Racing Honda RBPT 187
4 George Russell Mercedes-Benz 172
5 Charles Leclerc Ferrari 151

Komentar

Komentar Terbaru

Belum ada komentar.