MotoGP, Sportrik Media - Marc Marquez dari Ducati Corse meraih gelar MotoGP ketujuh di Grand Prix Jepang 2025, setelah absen enam tahun akibat cedera. Analisis mendalam meranking ketujuh gelarnya sejak debut 2013, dengan 2025 sebagai comeback terhebat sepanjang sejarah MotoGP.
Comeback Epik: Gelar 2025 Nomor Satu
Gelar 2025 dinobatkan sebagai yang terbaik (49/50) oleh para analis, melebihi dominasi 2019. Setelah puncak di 2019, cedera lengan parah di Jerez 2020 memicu empat operasi besar. Marquez meninggalkan Repsol Honda Team untuk bergabung gratis ke Gresini Racing pada 2024, hanya untuk membuktikan kecepatannya. Di Ducati baru, ia menang 11 Grand Prix, 14 sprint, dan 10 akhir pekan penuh 37 poin, mengunci gelar lebih awal dari sebelumnya. Tak ada pembalap yang menunggu sekian lama antar gelar, menjadikannya juara termuda dan tertua di era modern.
Dominasi Tak Terbendung: 2019 Peringkat Kedua
Tahun 2019 (46/50) menutup dekade dengan margin 151 poin atas Andrea Dovizioso dari Ducati. Marquez meraih 12 kemenangan, hanya sekali di luar podium (kecuali COTA). Ia sendirian mengamankan treble crown Honda: pembalap, tim, dan konstruktor. Perbandingan dengan rekan setim Jorge Lorenzo yang finis 19 besar menekankan keunggulannya. Namun, Jerez 2020 mengubah segalanya, meski ia tampak tak terhentikan.
Stomp Sophomore: 2014 Peringkat Ketiga
Pada 2014 (43.5/50), Marquez merebut gelar kedua dengan 13 kemenangan, termasuk 10 beruntun awal—rekor saat itu. Ia menguji batas kemampuannya, sementara Jorge Lorenzo dari Yamaha kesulitan, Valentino Rossi butuh waktu adaptasi, dan Dani Pedrosa terganggu arm pump. Musim ini sejajar dengan 2019 dan 2025 sebagai tahun tanpa saingan sejati.
Kelahiran Legenda: 2013 Peringkat Keempat
Debut 2013 (42/50) mencetak sejarah sebagai rookie termuda juara MotoGP. Marquez bertarung ketat dengan Jorge Lorenzo, hanya terpaut empat poin di Valencia. Hampir menang lebih awal, tapi diskualifikasi di Australia akibat strategi Honda. Tekanan dari juara berpengalaman tak membuatnya goyah, membuktikan kelasnya sebagai legenda baru.
Tekanan Awal Berubah Dominasi: 2018 Peringkat Kelima
Tahun 2018 (40.5/50) dimulai sulit: kalah di Qatar, kontroversi tabrakan dengan Valentino Rossi di Argentina. Tapi dari Catalunya, ia podium di setiap finis, unggul 76 poin atas Dovizioso—sambil sembunyikan cedera bahu. Keunggulannya atas pembalap RC213V lain melonjak: Cal Crutchlow satu kemenangan, Dani Pedrosa finis 11.
Adaptasi Era Baru: 2016 Peringkat Keenam
Musim 2016 (39.5/50) menonjolkan adaptasi Marquez di era baru: elektronik unified dan ban Michelin. Honda kesulitan dengan mesin 'screamer' sulit dijinakkan, sementara ia belajar dari kegagalan 2015 (enam crash). Hanya lima kemenangan, tapi konsisten: hanya empat balapan di luar top-3 sebelum juara di Jepang. Satu crash di Le Mans, ia ambil pelajaran risiko. Podium kedua di Assen dirayakan seperti gelar, tandai kematangan.
Tantangan Terberat: 2017 Peringkat Ketujuh
Tahun 2017 (38/50) paling sulit, dengan pertarungan head-to-head Dovizioso. Honda tak membaik dari 2016, Marquez crash di Qatar dan Argentina. Dovizioso unggul dengan dua kemenangan awal, tekanan hingga rambutnya rontok. Ia ubah pendekatan, ambil poin krusial di Brno, duel epik di Austria-Jepang. Kemenangan basah Misano dan 'save' ikonik di Valencia jadi momen penentu. Enam kemenangan sejajar Dovizioso, bukti gritnya.
Prospek Legasi Abadi
Ranking ini tekankan evolusi Marquez: dari rookie brilian hingga comeback legendaris. Di usia 32, ia setara Rossi dengan tujuh gelar MotoGP, tapi ceritanya unik. Analisis Sportrik yakin 2025 bukan akhir, melainkan babak baru dominasi, menginspirasi generasi mendatang di MotoGP.
Komentar
Silakan login atau daftar untuk menambahkan atau menyukai komentar.
Komentar Terbaru
Belum ada komentar.