Kenapa Christian Horner Dipecat? Ini Alasannya!

Christian Horner

Christian Horner

Pemecatan Christian Horner dari posisi prinsipal tim dan CEO Red Bull Racing setelah 20 tahun memimpin menjadi kejutan besar di dunia Formula 1. Laurent Mekies, mantan prinsipal Racing Bulls, ditunjuk sebagai penggantinya dengan efek segera. SPORTRIK menganalisis fakta-fakta di balik keputusan ini, yang tampaknya dipicu oleh kombinasi performa tim yang menurun, ketegangan internal, dan dinamika kekuasaan dalam organisasi.


Musim 2025 menjadi tahun yang sulit bagi Red Bull Racing. Tim hanya meraih dua kemenangan dari 12 balapan, menempati posisi keempat di klasemen konstruktor, tertinggal 288 poin dari McLaren. Max Verstappen, juara dunia empat kali, tertinggal 69 poin dari pemimpin klasemen Oscar Piastri.


Keputusan untuk mengganti Sergio Perez dengan Liam Lawson, yang kemudian digantikan oleh Yuki Tsunoda setelah hanya dua balapan tanpa poin, gagal meningkatkan performa. Tsunoda hanya mencetak tujuh poin dalam sembilan balapan, menyamai rekor buruk Mark Webber pada 2009 untuk lima balapan beruntun tanpa poin bagi pembalap Red Bull. Oleh karena itu, performa tim yang mengecewakan menjadi salah satu faktor utama yang meningkatkan tekanan pada Horner.


Ketegangan Internal dan Kontroversi 2024

Horner menghadapi tantangan besar sejak 2024, ketika tuduhan perilaku tidak pantas oleh seorang karyawan wanita memicu investigasi independen. Meski dibersihkan dari tuduhan tersebut pada Februari 2024 dan banding ditolak pada Agustus 2024, kebocoran pesan WhatsApp ke media dan tim di paddock merusak reputasinya. Konflik ini juga memperdalam ketegangan dengan Jos Verstappen, ayah Max Verstappen, yang secara terbuka memperingatkan bahwa tim bisa “hancur” jika Horner tetap bertahan. Sementara itu, hubungan Horner dengan Helmut Marko, penasihat motorsport Red Bull, juga dilaporkan memburuk, dengan laporan bahwa Horner mencoba menggeser pengaruh Marko pada 2023.


Akibatnya, dinamika kekuasaan dalam Red Bull GmbH menjadi sorotan. Setelah kematian Dietrich Mateschitz pada 2022, struktur kepemimpinan berubah, dengan Chalerm Yoovidhya (51% saham) dan Mark Mateschitz (49% saham) memegang kendali. Oliver Mintzlaff, CEO Corporate Projects and Investments, dilaporkan mendukung perubahan kepemimpinan, bertentangan dengan Horner yang mendapat dukungan dari Yoovidhya. Ketegangan ini diperparah oleh kepergian figur kunci seperti Adrian Newey ke Aston Martin dan Jonathan Wheatley ke Sauber, yang melemahkan stabilitas tim.


Tekanan dari Masa Depan Verstappen

Ketidakpastian tentang masa depan Max Verstappen menjadi faktor krusial. Verstappen, yang terikat kontrak hingga 2028, dikabarkan diincar Mercedes, terutama dengan adanya klausul performa dalam kontraknya yang dapat memungkinkan keluarnya jika performa tim tidak membaik. Laporan menyebutkan bahwa Mintzlaff bertemu dengan Verstappen selama Grand Prix Austria dan Inggris, menunjukkan upaya untuk mempertahankan pembalap bintang ini. Beberapa sumber menilai pemecatan Horner sebagai langkah untuk menenangkan Verstappen, yang lebih menyukai lingkungan kerja yang harmonis dan mendukung Marko.


Persiapan untuk Regulasi 2026

Red Bull sedang bersiap untuk regulasi mesin baru pada 2026, dengan proyek pengembangan unit daya bersama Ford. Namun, keraguan tentang kesiapan proyek ini, ditambah dengan performa buruk mobil RB21, meningkatkan tekanan pada Horner. Keputusannya untuk mengganti mesin Honda dengan unit daya internal dianggap berisiko, terutama setelah kegagalan Renault sebagai pemasok mesin pada 2014. Oleh karena itu, pemecatan Horner mungkin mencerminkan keinginan Red Bull GmbH untuk memulai era baru di bawah Mekies, yang diharapkan dapat membawa stabilitas menjelang perubahan regulasi.


Reaksi dan Spekulasi

Penggemar di media sosial menunjukkan reaksi beragam, dengan sebagian menyayangkan kepergian Horner karena warisannya yang luar biasa, sementara yang lain melihatnya sebagai langkah yang diperlukan untuk menyegarkan tim. Martin Brundle, komentator Sky Sports F1, menyatakan kesedihannya, menyebut Horner sebagai “teman” yang telah membawa Red Bull dari tim kecil menjadi kekuatan dominan, namun mengakui bahwa “ketidakharmonisan” di dalam tim sudah terasa di paddock. Sementara itu, spekulasi tentang masa depan Horner mencuat, dengan beberapa pihak menyebutkan kemungkinan ia bergabung dengan tim seperti Alpine, meskipun peluang untuk Ferrari dianggap kecil karena rivalitas dengan Lewis Hamilton.


Pemecatan Christian Horner merupakan puncak dari performa buruk, konflik internal, dan tekanan strategis di Red Bull Racing. Dengan Laurent Mekies kini memimpin, tim menghadapi tantangan besar untuk kembali ke puncak. Untuk analisis lebih lanjut seputar Formula 1, kunjungi SPORTRIK dan ikuti kabar terbaru musim 2025.

Klasemen Pembalap F1

PosisiPembalapTimPoin
1 Oscar Piastri McLaren 234
2 Lando Norris McLaren 226
3 Max Verstappen Red Bull Racing Honda RBPT 165
4 George Russell Mercedes-Benz 147
5 Charles Leclerc Ferrari 119

Komentar

Komentar Terbaru

Belum ada komentar.