MotoGP, Sportrik Media - Nicolo Bulega berbagi pengalaman adaptasi MotoGP dengan rival lama WorldSBK, Toprak Razgatlioglu, di final Valencia 2025, menyoroti tantangan ban dan gaya berkendara yang identik. Pembalap Nicolo Bulega finis ke-15 untuk kedua kalinya, sementara Toprak Razgatlioglu bersiap debut penuh di Pramac Yamaha musim depan.
Perjalanan Bulega ke kelas premier bukanlah transisi biasa, melainkan lompatan dari dominasi WorldSBK ke Ducati pabrik sebagai pengganti Marc Marquez yang cedera. Debutnya di Portimao minggu lalu menghasilkan satu poin, diikuti penampilan Valencia yang konsisten namun mengecewakan, dengan selisih 26 detik dari pemenang setelah momen keluar trek. Sementara itu, Razgatlioglu, juara WorldSBK tiga kali, baru saja menguji Yamaha M1 di Aragon secara privat. Pertemuan keduanya di paddock Valencia menjadi momen langka, di mana dua pembalap top Superbike saling tukar catatan adaptasi, terutama menjelang tes resmi Selasa yang melibatkan grid 2026 kecuali Marquez, dengan Bulega kembali mengisi posisinya.
Dalam obrolan santai di truk tim sebelum Sprint Valencia, Bulega mengungkapkan kesamaan sensasi mereka. “Kemarin, Toprak datang ke truk saya sebelum balapan Sprint dan kami bicara sebentar. Saya rasa perasaan kami di MotoGP sekarang sangat mirip,” ujar Bulega malam Minggu. “Kami kesulitan sedikit di depan, memahami ban, karena ban mereka sangat berbeda [dari Pirelli di WorldSBK]. Anda harus berkendara dengan mode berbeda. Jadi, kami bicara soal ini dan setuju pada semuanya.”
Analisis lebih dalam menggarisbawahi perbedaan mendasar antara Pirelli Superbike dan ban MotoGP, yang menuntut presisi lebih tinggi di tikungan cepat seperti Valencia. Bulega, yang finis ke-15 lagi di Grand Prix utama, kecewa karena tak bisa bangun dari posisi kualifikasi ke-11 di warm-up pagi. “Jujur, pagi ini di warm-up, perasaannya sangat bagus,” katanya. “Lalu di balapan, entah kenapa, saya nol grip belakang dari awal. Saya selalu spin banyak. Jadi, perasaannya aneh. Sulit bilang kenapa karena saya tak punya banyak data. Saya hanya tahu pagi tadi perasaannya sangat, sangat bagus. Saya hanya tiga persepuluh dari pembalap pertama, dan siang ini lebih buruk untuk grip belakang.” Strategi ini menunjukkan kurva belajar curam bagi Bulega, yang kini akan jadi tester resmi Ducati Corse sambil balap WorldSBK 2026.
Bandingkan dengan Razgatlioglu, yang juga bergulat dengan front-end di tes Aragon, kesamaan ini memberi harapan bagi Pramac Yamaha di era baru. Bulega menargetkan penyempurnaan gaya berkendara di tes Selasa. “Saya rasa terutama pagi ini di warm-up, kami lakukan langkah dengan gaya berkendara saya, dan saya ingin lakukan satu lagi di tes.” Dari perspektif tim, peran ganda Bulega memperkuat Ducati di pengembangan, mirip kontribusi Danilo Petrucci yang memuji Bulega setara pembalap top MotoGP saat ini. Namun, tantangan grip belakang di Valencia akibat suhu trek dan setup ban menandakan area prioritas bagi Ducati, terutama dibanding Yamaha yang lebih adaptif di kondisi panas. Dampaknya? Bulega tutup musim pengganti dengan poin berharga, membangun fondasi untuk potensi promosi penuh, sementara Razgatlioglu bisa manfaatkan wawasan ini untuk finis kompetitif di 2026.
Secara keseluruhan, dialog Bulega-Razgatlioglu bukan hanya nostalgia rivalitas WorldSBK, tapi jembatan krusial ke MotoGP yang lebih kompetitif. Dengan dukungan WorldSBK sebagai inkubator talenta, prospek keduanya cerah terutama jika atasi isu ban depan. Final Valencia 2025 menutup babak transisi manis, membuka pintu inovasi lintas kelas.
Komentar
Silakan login atau daftar untuk menambahkan atau menyukai komentar.
Komentar Terbaru
Belum ada komentar.