Formula 1, Sportrik Media - Max Verstappen dari Red Bull Racing menjadi pembalap berpenghasilan tertinggi di Formula 1 2025 dengan total $76 juta, meskipun gagal meraih gelar juara dunia kelima. Pendapatan ini mencakup gaji dasar $65 juta dan bonus $11 juta, menurut estimasi Forbes yang dirilis pada 9 Desember 2025. Analisis lebih dalam menunjukkan bahwa meski Lewis Hamilton dari Scuderia Ferrari memiliki gaji dasar rekor $70 juta, bonus rendahnya hanya $0,5 juta membuat totalnya $70,5 juta, menempatkannya di posisi kedua.
Musim 2025 yang dramatis, di mana Verstappen kalah dua poin dari juara Lando Norris dari McLaren, justru meningkatkan pendapatan keseluruhan pembalap top 10 menjadi $363 juta—naik 15% dari 2024. Namun, bonus menjadi kunci diferensiasi, karena performa lapangan langsung memengaruhi insentif seperti poin klasemen atau kemenangan balapan. Verstappen, dengan delapan kemenangan GP, memaksimalkan klausul bonus Red Bull, sementara Hamilton menghadapi adaptasi sulit di Ferrari yang membatasi pencapaiannya.
Selain itu, pembalap muda seperti Oscar Piastri dari McLaren menunjukkan potensi finansial, dengan total $37,5 juta berkat bonus $27,5 juta dari kontribusi gelar konstruktur kedua McLaren. Analisis ini menyoroti ketergantungan pada performa tim, di mana Charles Leclerc dari Ferrari hanya meraih $30 juta tanpa bonus, mencerminkan tantangan internal Scuderia. Dampaknya, pendapatan ini tidak termasuk endorsement off-track, di mana Hamilton unggul dengan $20 juta tambahan, menjadikannya atlet berpenghasilan ke-22 dunia versi Forbes.
Berikut daftar lengkap top 10 pembalap berpenghasilan tertinggi F1 2025, dengan konversi ke Rupiah (kurs USD 1 = Rp15.500 per 10 Desember 2025 untuk kemudahan pembaca Indonesia). Tabel ini dihitung berdasarkan data Forbes, menekankan peran bonus dalam total akhir.
| Pembalap | Gaji Dasar (USD) | Bonus (USD) | Total (USD) | Total (Rp) |
|---|---|---|---|---|
| Max Verstappen | $65 juta | $11 juta | $76 juta | Rp1.178 triliun |
| Lewis Hamilton | $70 juta | $0,5 juta | $70,5 juta | Rp1.093 triliun |
| Lando Norris | $18 juta | $39,5 juta | $57,5 juta | Rp891 miliar |
| Oscar Piastri | $10 juta | $27,5 juta | $37,5 juta | Rp581 miliar |
| Charles Leclerc | $30 juta | $0 | $30 juta | Rp465 miliar |
| Fernando Alonso | $24 juta | $2,5 juta | $26,5 juta | Rp411 miliar |
| George Russell | $15 juta | $11 juta | $26 juta | Rp403 miliar |
| Lance Stroll | $12 juta | $1,5 juta | $13,5 juta | Rp209 miliar |
| Carlos Sainz | $10 juta | $3 juta | $13 juta | Rp202 miliar |
| Kimi Antonelli | $5 juta | $7,5 juta | $12,5 juta | Rp194 miliar |
Kutipan dari Forbes menekankan: "Verstappen memimpin lagi dengan kompensasi total $76 juta, termasuk $65 juta gaji dan $11 juta bonus. Bintang Belanda berusia 28 tahun ini kini memegang mahkota pendapatan on-track selama empat musim berturut-turut." Pernyataan ini diikuti analisis bahwa kenaikan 72% sejak 2021 mencerminkan pertumbuhan F1 global, didorong regulasi baru dan ekspansi pasar seperti Amerika Serikat.
Dari perspektif strategi, Fernando Alonso dari Aston Martin mempertahankan posisi stabil dengan $26,5 juta, sementara George Russell dari Mercedes naik berkat satu kemenangan GP. Prospek 2026? Dengan perubahan power unit, pembalap seperti Kimi Antonelli dari Mercedes berpotensi melonjak, asal tim mengoptimalkan bonus performa. Sementara itu, Carlos Sainz di tim baru mungkin melihat peningkatan jika adaptasi cepat.
Secara keseluruhan, daftar ini menggambarkan disparitas finansial di F1, di mana pengalaman dan kemenangan mendominasi. Untuk pembaca Indonesia, konversi Rupiah menunjukkan skala kekayaan ini setara dengan investasi infrastruktur nasional, menarik minat sponsor lokal. Harapan ke depan, regulasi 2026 bisa meratakan peluang bagi pembalap muda. Ikuti analisis terkini di Sportrik.com.
Komentar
Silakan login atau daftar untuk menambahkan atau menyukai komentar.
Komentar Terbaru
Belum ada komentar.