MotoGP, Sportrik Media - Fabio Di Giannantonio, pembalap VR46 Racing Team yang menunggangi Ducati Desmosedici GP25, menegaskan pendekatan balapnya agresif saat diperlukan, meskipun bukan tipe kamikaze yang nekat. Pernyataan ini muncul setelah start buruk di Grand Prix Portugal 2025, di mana ia turun dari posisi kesembilan menjadi keempat belas. Analisis mendalam menunjukkan sikap ini mencerminkan kematangan strategis, terutama menjelang finale Valencia yang krusial bagi perburuan gelar.
Performa Di Giannantonio di Portimao akhir pekan lalu (7-9 November) menyoroti tantangan start MotoGP, di mana ia terjebak di antara pembalap depan dan samping, menyebabkan penurunan posisi signifikan hanya dalam beberapa tikungan. Namun, ia menolak tudingan kurang berani, menekankan perbedaan antara agresivitas terukur dan pendekatan sembrono. "Saya tidak bilang saya tidak punya nyali untuk agresif, hanya saja saya tidak punya nyali untuk jadi kamikaze," ujarnya di paddock Valencia. Selain itu, sprint race Sabtu menunjukkan kemampuannya: start brilian membawanya naik ke posisi keenam dalam tiga tikungan pertama, membuktikan fleksibilitasnya.
Pendekatan "champagne atau gravel" yang disebut Di Giannantonio merujuk pada risiko ekstrem di mana pembalap memilih antara kemenangan instan atau kecelakaan, gaya yang kian jarang sejak era sprint race. Ia percaya format ini membuat start lebih rasional, dengan pembalap lebih tenang dalam manuver awal. Analisis lebih lanjut, dibandingkan dengan rival seperti Pecco Bagnaia yang sering ambil risiko tinggi, Di Giannantonio tampil lebih konservatif aset berharga di Ducati yang mendominasi klasemen. Data sesi latihan Portugal mengonfirmasi kecepatan lapnya kompetitif, meski start jadi titik lemah.
Menghadapi Valencia sebagai balapan penutup musim, Di Giannantonio optimis sikapnya akan beri keuntungan di trek teknis yang menuntut presisi, bukan nekat. "Agresivitas bagian dari olahraga ini, dan saya agresif saat harus," tambahnya, merujuk sprint Portugal sebagai bukti. Namun, dari perspektif tim, Uccio Salucci sebagai prinsipal VR46 mungkin dorong penyesuaian setup untuk start lebih baik, mengingat Ducati unggul di sektor handling akhir. Bandingkan dengan Marc Marquez yang agresif tapi kalkulatif, pendekatan Di Giannantonio potensial tingkatkan konsistensi poin.
Secara keseluruhan, komentar ini perkuat citra Di Giannantonio sebagai pembalap matang di usia 26 tahun, dengan tiga podium musim ini dan prospek kuat finis top lima klasemen 2025. Di tengah persaingan ketat dari Jorge Martin, gaya non-kamikaze bisa jadi kunci bertahan di Ducati satelit. Pantau aksinya di Valencia untuk lihat apakah agresivitas terukur ini hasilkan hasil gemilang. Ikuti update terkini di Sportrik.com.
Komentar
Silakan login atau daftar untuk menambahkan atau menyukai komentar.
Komentar Terbaru
Belum ada komentar.