Setelah lebih dari tiga dekade menanti, akhirnya momen penuh haru itu datang juga. Liverpool resmi mengangkat trofi Liga Inggris di depan para pendukungnya sendiri di Anfield, sesuatu yang tidak terjadi sejak 1989–1990. Meski gelar juara Premier League musim 2019/2020 sudah dikunci sejak pekan ke-31, pandemi COVID-19 sempat membuat seremoni ini tertunda. Apakah ini titik balik kebangkitan dominasi Liverpool di era modern?
Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, suasana di Anfield berubah menjadi arena perayaan yang tak terlupakan. Setelah menaklukkan Chelsea 5-3, para pemain Liverpool satu per satu naik ke podium istimewa yang dibangun di tribune The Kop. Dipimpin oleh sang kapten Jordan Henderson, momen pengangkatan trofi menjadi puncak musim luar biasa pasukan Jurgen Klopp.
Pelatih asal Jerman ini bukan hanya mengakhiri penantian 30 tahun, tetapi juga membentuk salah satu skuad terkuat dalam sejarah klub. “Ini adalah momen untuk dikenang sepanjang hidup,” ujar Klopp kepada Sky Sports. Selain itu, dominasi Liverpool di liga musim itu sangat mencolok—memenangkan 32 dari 38 pertandingan. Tak hanya menang, mereka juga memukau dengan permainan menyerang yang efisien.
Pandemi mengubah segalanya. Stadion kosong, tetapi semangat fans tetap terasa. Ribuan Liverpudlian menyaksikan dari layar kaca ketika sang kapten Henderson mengangkat trofi. Bahkan, beberapa pendukung nekat merayakan di luar stadion meskipun ada larangan dari pemerintah setempat. “Kami ingin merasakan momen itu, walaupun hanya dari luar,” ujar seorang fans kepada Liverpool Echo.
Setelah 35 tahun menanti pengangkatan trofi di depan fans, publik kini bertanya: apakah Liverpool bisa menjaga momentum ini? Dengan skuad muda dan manajer visioner seperti Klopp, harapan masih membara. Namun, tantangan dari Manchester City, Chelsea, dan klub lain tak bisa dianggap enteng. Konsistensi akan jadi kunci, apalagi jika ingin mendirikan dinasti baru di Premier League.
Dapatkan berita eksklusif, klasemen terbaru, dan ulasan mendalam hanya di: SPORTRIK!